Cahaya yang Menampakkan

Jogja-Solo- Tawangmangu

Adalah manusia yang selalu senang dengan yang baru

Adalah manusia yang selalu ingin mencari tahu

Adalah manusia yang selalu mencoba membuka dan menemukan rahasia-rahasia

di dalam dan di luar dirinya.

Dan adalah kami yang hatinya bergejolak untuk melihat dunia

Dan adalah kami yang melakukan perjalanan ini,

Merasakan pengalaman ini, dan dengan izin Allah,

menuliskan cerita ini

RingRoad Utara : 09.00 a.m

Kita mulai dari sini! Bus biru itu berhenti di hadapan kami. Bus yang agak tua, memang kebanyakan bus sekarang keadaannya seperti itu. Jalur 19, itulah alasan kami menaikinya, untuk mengawali perjalanan ini. Pemberhentian pertama : Stasiun Tugu.

Saya jadi teringat masa lalu, keadaan yang seperti ini hampir selalu sama. Suara penumpang yang hiruk pikuk bercakap-cakap entah tentang apa. Asap rokok yang kadang-kadang menyembul menyesakkan nafas. Suara deru mesin dan kernet yang suka sekali teriak-teriak sambil bergelantungan di pintu. Hmm…. inilah Bus Kota, belum juga berubah bahkan ketika saya telah berubah.

Dibalik semua itu, ada sedikit kekhawatiran, menurut jadwal, kereta berangkat jam 09.45. Sementara bus berjalan lambat, paling tidak itu menurut saya. Berkali-kali bahkan berhenti menghampiri penumpang. Tapi bagaimana lagi, dengan inilah mereka hidup, berusaha menjaga kelangsungan hari-hari mereka selanjutnya. Lagipula tidak ada yang bisa kami lakukan. Strategi untuk membajak bus lalu ngebut sampai Stasiun Tugu mungkin bisa dilakukan, tapi sepertinya itu terlalu berlebihan.

Stasiun Tugu : 09.30 a.m.

Stasiun Tugu, beberapa kali saya pernah ke sini. Tapi untuk tujuan naik kereta, rasanya baru kali ini. Lihat-lihat jadwal keberangkatan, ternyata memang Pramex Tugu-Balapan berangkat jam 09.45. Tentu saja dalam praktek, selalu ada perhitungan Modulus elastisitas yang entah berapa menit.

Karcis tiba-tiba sudah di tangan, itu setelah kami beli di loket, Rp 6.500,-; sebuah harga yang lumayan. Baiklah……. kita masuk !

Subbahanallah……. begitu banyak manusia di sini. Orang-orang dengan berbagai tujuan dan kepentingan. Sibuk dengan urusannya masing-masing. Rata-rata mereka seperti kami, ada kepentingan dengan kereta. Yang lain, ada kepentingan dengan dagangan mereka, pekerjaan mereka, atau ”kepentingan” dengan barang orang lain. Semuanya bercampur, saya membayangkan setelah ini mereka akan tersebar ke berbagai tempat dan menjalani kehidupan mereka sendiri. Dan sebagaimana sungai yang bercabang-cabang, pada akhirnya mereka akan kembali ke laut.

Kereta belum juga datang. Kami menunggu untuk sebuah perjalanan yang semoga Allah meridhoi. Semoga mendatangkan barokah.

Kereta Pramex : 10.00 a.m.

Leave a comment