Monthly Archives: May 2009

Mengenal Medan

            Betapa pentingnya fungsi intelijen atau mata-mata dalam sebuah pertempuran. Masa perang dingin AS-Rusia dipenuhi dengan aksi “tukar-menukar” mata-mata yang menginspirasi film-film sukses Hollywood. Dalam dunia industri, Japan Productivity Centre, sebuah lembaga spionase industri Jepang di Washington memiliki peran besar dalam kemajuan industri negara ini setelah kebangkrutannya dalam Perang Dunia II.

            Bagaimanapun bentuknya, fungsinya sama : mencari informasi tentang musuh atau tentang medan pertempuran. Seorang panglima perang biasanya akan mengirimkan mata-mata ke kamp musuh untuk mencari tahu kekuatan lawan, syukur sekalian kelemahannya. Atau ke medan yang akan menjadi tempat bertemunya dua pasukan untuk menegetahui kondisinya.

Informasi ini vital, pengetahuan akan keberadaan Bukit Uhud telah mengantarkan kaum muslimin kepada sebuah strategi perang yang efektif. Pengetahuan tentang kuatnya tembok Palestina telah mengantarkan Salahuddin untuk mempersenjatai pasukannya dengan catapult. Mengenal keadaan lawan, pun telah mengantarkan kaum Nasrani menuju perebutan Andalusia yang penuh tragedi.

Dalam da’wah, ketika kita memutuskan untuk bergerak keluar, sama urgensinya, mengenali medan akan menjadi dasar perumusan strategi da’wah. Tentu saja, obyeknya bukan dalam terminologi musuh, tapi mad’u.

Di Lembaga Da’wah Kampus, mengenali medan da’wah berarti mengenali kampus kita sendiri. Harusnya ini tidak sulit dilakukan, kan kuliah di situ juga. Mengenali rumah sendiri tidak akan lebih sulit dari mengenali rumah tetangga. Maka dalam hal ini sebenarnya kita dimudahkan. Biasanya teknik yang banyak digunakan adalah ANSOS (analisis sosial), walaupun secara pribadi kami (saya deng) tidak terlalu suka terpaku pada tahapan-tahapan yang runtut dalam melakukannya (masalah tipe otak).

Sebagai masukan, informasi-informasi tentang hal-hal berikut ini kiranya penting dicari dalam sebuah aktivitas pengenalan medan :

Geografis Trend Karakter
Birokrasi Tingkat ekonomi Ideologi
Jumlah mahasiswa Organisasi yg ada Kegiatan kampus

Segmentasi

Ini adalah diagram klasikal yang diajarkan kepada kami saat di SMA. Memang sekarang sudah jarang dipakai, tapi filosofi dasarnya tetap : Segmentasi mad’u. Sebelum lebih jauh, sebenarnya apa urgensi dari segmentasi ?

            Southwest Airlines, sebuah perusahaan penerbangan di Amerika adalah salah satu yang terbaik dalam bisnis ini. Kunci keunggulannya adalah “keberaniannya” membatasi diri untuk hanya melayani penerbangan dalam jarak pendek sampai menengah saja, dari kota A ke kota B. Dengan melakukannya, mereka dapat menekan biaya dengan memangkas pelayanan-pelayanan “tidak perlu” yang ada pada penerbangan jarak jauh. Hasilnya harga tiket menjadi murah, dan istimewanya, perusahaan ini bisa menyediakan penerbangan ke hampir semua kota. Memang mereka fokus melayani para eksekutif, karyawan, pelajar, dan mahasiswa yang tentu lebih peduli sampai tujuan tepat waktu daripada fasilitas kelas atas.

            Sudah dapat gambaran ?

Kalau bicara syi’ar, memang sangat menarik dianalogikan dengan teori pemasaran. Coba sekali-kali antum baca buku tentang itu, banyak hikmah yang bisa diambil.

Alasan kunci kenapa harus ada segmentasi sangat sederhana : segmen pasar yang berbeda membutuhkan produk yang berbeda, kelompok mad’u yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda.

Tidak semua orang bisa langsung tertarik ikut kajian kitab, begitupun tidak semua orang tertarik nonton film Para Pencari Tuhan, mending ikut kajian kitab. Tidak setiap orang senang baca novel islami, begitupun tidak setiap orang bisa didekati dengan Dajjal telah Muncul di Khurasan, mending baca novel. Tidak setiap orang datang ke masjid mendengar adzan, begitupun tidak setiap orang harus digrebeg dulu baru bertobat, ada yang bisa dinasehati baik-baik.

Positioning

Ada satu perusahaan penerbangan lain yang mencoba mencontek strategi Southwest Airlines. Sebelumnya mereka melayani penerbangan jarak jauh. Karena melihat potensi yang bagus, mereka coba memasuki segmen pasar Southwest Airlines, melayani penerbangan jarak pendek dan menengah, namun dengan tetap melayani penerbangan jarak jauh.

            Apa hasilnya ketika mereka melakukannya ?

            Bisnis mereka turun. Keuntungan yang diharapkan sebagai konsekuensi dari melebarkan jangkauan pasar ternyata tidak didapat, malah kerugian yang terjadi. Sementara Southwest Airlines yang tetap konsisten terus melenggang.

            Siapa tau kenapa bisa seperti ini ?

Petunjuknya adalah : perlu diketahui bahwa fasilitas yang diberikan kepada penumpang berbeda antara penerbangan jarak pendek dan menengah dengan jarak jauh. Satu contohnya kalau penerbangan jarak jauh dapat makan, tapi tidak dengan penerbangan jarak pendek dan menengah. Perbedaan juga ada misal pada jenis pesawat, prosedur pembelian tiket, keberangkatan dan kedatangan.

Sudah bisa dapat jawabannya …. ?

            Ikhwah fillah, manusia bukan tanpa keterbatasan, sebuah Lembaga Da’wah juga bukan tanpa keterbatasan. Terbatas kader, terbatas waktu, terbatas anggaran, terbatas tenaga; limitation. Seandainya tidak ada keterbatasan, maka kita tidak perlu yang namanya manajemen.

            Kita telah belajar tentang segmentasi mad’u, setiap segmen memiliki karakteristik yang berbeda, maunya beda-beda. Maka sangat kecil kemungkinan kita bisa “memuaskan” semuanya kecuali dengan kekuatan lembaga yang besar. Dan kami berpendapat jarang sekali ada lembaga da’wah yang cukup kuat melakukannya.

            Nah kalau kekuatan kita tidak terlalu besar, pilihlah satu segmen untuk kita fokus menggarap segmen itu. Agar semua sumber daya dioptimalkan untuk segmen tersebut, inilah yang dinamakan positioning. Positioning mengambil filosofi dasar dari prioritas dalam da’wah. Paling tidak ada dua manfaatnya :