Segmentasi

Ini adalah diagram klasikal yang diajarkan kepada kami saat di SMA. Memang sekarang sudah jarang dipakai, tapi filosofi dasarnya tetap : Segmentasi mad’u. Sebelum lebih jauh, sebenarnya apa urgensi dari segmentasi ?

            Southwest Airlines, sebuah perusahaan penerbangan di Amerika adalah salah satu yang terbaik dalam bisnis ini. Kunci keunggulannya adalah “keberaniannya” membatasi diri untuk hanya melayani penerbangan dalam jarak pendek sampai menengah saja, dari kota A ke kota B. Dengan melakukannya, mereka dapat menekan biaya dengan memangkas pelayanan-pelayanan “tidak perlu” yang ada pada penerbangan jarak jauh. Hasilnya harga tiket menjadi murah, dan istimewanya, perusahaan ini bisa menyediakan penerbangan ke hampir semua kota. Memang mereka fokus melayani para eksekutif, karyawan, pelajar, dan mahasiswa yang tentu lebih peduli sampai tujuan tepat waktu daripada fasilitas kelas atas.

            Sudah dapat gambaran ?

Kalau bicara syi’ar, memang sangat menarik dianalogikan dengan teori pemasaran. Coba sekali-kali antum baca buku tentang itu, banyak hikmah yang bisa diambil.

Alasan kunci kenapa harus ada segmentasi sangat sederhana : segmen pasar yang berbeda membutuhkan produk yang berbeda, kelompok mad’u yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda.

Tidak semua orang bisa langsung tertarik ikut kajian kitab, begitupun tidak semua orang tertarik nonton film Para Pencari Tuhan, mending ikut kajian kitab. Tidak setiap orang senang baca novel islami, begitupun tidak setiap orang bisa didekati dengan Dajjal telah Muncul di Khurasan, mending baca novel. Tidak setiap orang datang ke masjid mendengar adzan, begitupun tidak setiap orang harus digrebeg dulu baru bertobat, ada yang bisa dinasehati baik-baik.

Nah itulah urgensinya….

Lalu bagaimana melakukan segmentasi ?

Itulah mengapa kita membahas dulu tentang pengenalan medan da’wah tadi. Informasi-informasi tentang medan da’wah adalah bahan baku untuk melakukan segmentasi.

Diagram di atas tadi merupakan segmentasi yang paling sederhana, tapi masih ampuh untuk dipakai. Kalau memang informasi yang kita punya tidak cukup, diagram tadi bisa digunakan. Intinya kita hanya memilah-milah mad’u kemudiaan mengelompokkannya berdasarkan persamaan dan perbedaannya. Mirip ketika kita dulu belajar Klasifikasi Mahluk Hidup di SMP, atau lebih seperti… ya itu tadi segmentasi pasar (makanya baca bukunya nggih, kalau mau pinjam ada di perpustakaan JTMI).

Kami berikan sebuah contoh segmentasi mad’u :

Segmen Keterangan
ammah akademis Segmen berisi mahasiswa yang belum mengenal islam dengan baik (misalnya shalatnya masih bolong-bolong) dan hanya berkutat pada kuliah, belajar, atau aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan akademis mereka.
ammah organisatoris Mereka juga belum mengenal islam dengan baik, tapi mempunyai aktivitas lain di luar kuliah. Misalnya ikut BEM, KMHM, BSO, Club, Koperasi, Pers, atau Unit Kegiatan Mahasiswa lain. Motivasi mereka rata-rata cari pengalaman, cari teman, menyalurkan hobi, atau yang setipe dengan itu
Hanif apatis Segmen ini telah bagus kepahaman islamnya (rajin jama’ah, tilawah, sekali-kali puasa sunnah) namun enggan terjun dalam aktivitas ideologis.
Hanif Kader Segmen ini adalah mahasiswa yang telah aktif dalam aktivitas da’wah  
Ideologis kiri Segmen ini membawa ideologi-ideologi kekirian yang bathil, misal sosialis, liberalis, hedonos, komunis, atheis (ada lho, jangan salah…). Atau yang bersikap ekstrim dan berlebihan dalam memahami demokrasi dan nasionalisme.
Non muslim Nasrani, Hindu, Budha, dll

 

Ini hanya contoh saja, kita juga bisa melakukan segmentasi dengan basis hobi, tingkat ekonomi, gaya hidup, bahkan gender kalau perlu. Dengan memahami karakteristik tiap segmen, kita akan dapat merumuskan bentuk metode da’wah yang efektif untuk mendekati mereka. þ

Leave a comment