Ketika Perjalanan Mendahului Bekalnya

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:EN-US;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1684823921; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:217580918 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

Da’wah memerlukan sebuah pengaturan yang rapi dan terkoordinir satu sama lain. Hal ini akan dapat dipahami ketika kita berhadapan dengan luasnya cakupan da’wah serta banyak dan beragamnya faktor-faktor yang mendukung maupun menghambatnya. Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. inilah yang kemudian mengharuskan adanya amal jama’i yang dalam lingkungan kampus terimplementasikan dalam bentuk Lembaga Da’wah Kampus (LDK).

Dalam perkembangannya, LDK menjadi perangkat sekaligus simbol gerakan da’wah di lingkungannya. Meskipun tidak secara keseluruhan, namun salah satu parameter yang penting di dalam menilai kondisi da’wah di kampus adalah maju atau mundurnya LDK yang bergerak di dalamnya. Dia adalah pusat syi’ar islam dan menjadi komponen yang tidak boleh lepas dalam keutuhan pergerakan islam. Posisinya sangat strategis, karena mahasiswa adalah tempat idealisme yang akan membawa arus perubahan dalam pembentukan peradaban di masa depan.

Secara umum, da’wah menyeru manusia kepada cahaya islam yang membawa kebaikan pada dunia. Namun dalam prosesnya, da’wah tidak pernah mudah. LDK juga tidak akan pernah lepas dari kesukaran dan hambatan-hambatan yang ada. Berbagai manufer harus dilakukan dan profesionalisme terus ditingkatan untuk mengatasinya. Dibalik semua hiruk-pikuk tersebut, tidak jarang seorang pelaku da’wah seakan lalai pada apa yang sedang dia perjuangkan dan terutama bagaimana seharusnya dia berjuang. Yang dimaksud adalah, sering kita menemukan banyak pelaku da’wah yang secara tidak sadar justru keluar dari nilai-nilai islam. Terlalu tajam bermanufer sehingga keluar dari lintasan. Mengapa ? karena tidak jarang kita memang tidak tahu dimana tepatnya batas lintasan yang benar.

Da’wah berpijak atas kaidah dan aturan. Untuk mencapai tujuan, tidak dengan menggunakan segala cara. Inilah salah satu yang akan menjadi pembeda antara da’wah ilallah dengan kepada selain-Nya. Untuk tetap berada pada lintasan yang benar, maka satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah tentang kefahaman seorang pelaku da’wah tentang apa yang dida’wahkannya.

Kalau kemudian kita mencoba mengoreksi diri kita sendiri dalam batasan sebagai seorang aktivis da’wah kampus, kita akan mendapati banyak hal yang kurang benar. Dalam sebuah kepanitiaan misalnya, untuk sebuah kata ”fleksibilitas” tidak jarang kita mengorbankan hal-hal yang sebenarnya prinsip. Mungkin salah satu penyebabnya adalah ketika kita mencoba menggunakan ”Fiqih Prioritas”, sebenarnya belum jelas bagi kita hal apa saja yang seharusnya diprioritaskan. Dalam tataran personal, masalah-masalah tentang Idhafiyah dan terutama ’amaliyah, tidak sedikit pelaku da’wah yang belum begitu paham. Dan ketika berintegrasi dalam sebuah struktur keorganisasian yaitu LDK, masalah ini tidak hilang, namun sering tertutup oleh aktivitas da’wah sendiri yang notabene banyak menyita waktu dan tenaga.

Kita mungkin baru sadar adanya masalah ini ketika ada seorang mad’u bertanya tentang masalah ini dan itu atau hukum ini dan itu. Diam menjadi pilihan karena memang kita tidak paham. Paling tidak, tidak perlu berbicara tanpa ilmu. Sudah muncul kata kuncinya sekaligus inti masalahnya, yaitu ilmu. Kenyataannya adalah, banyak pelaku da’wah kampus yang bergerak tidak berdasarkan ilmu dinniyah yang memadai.

Leave a comment