Merancang Struktur

Ada sebuah pembahasan menarik dalam Kitab Lima Cincin. Sebuah kitab ilmu pedang yang ditulis oleh seorang samurai kenamaan di masa Jepang kuno bernama Miyamoto Musasi. Konon pada jaman itu populer di kalangan pendekar pedang untuk menggunakan pedang yang panjang. Alasannya tentu saja dengan pedang yang lebih panjang, jangkauan serangan akan lebih panjang pula yang secara teknis menguntungkan dalam pertempuran.

Tapi ternyata Musasi yang selalu menang dalam duel itu justru menolak menggunakan pedang panjang. Pedang panjang pun punya kelemahan, jika musuh memperpendek jarak tempur, pedang pendek akan lebih bebas bergerak. Lagipula hanya untuk mengangkat dan mengayunkan pedang panjang perlu tenaga yang lebih besar, ini akan berefek pada kecepatan serangan dan pertahanan. Pada akhirnya, yang menentukan menang atau kalah bukan senjatanya, tapi sejauh mana samurai menguasai senjata itu.

Konsep dan Prinsip Dasar

Konsep keterampilan menggunakan senjata memberikan pemahaman yang menarik bagi kita dalam bagian ini. Sebuah awalan yang sangat bagus ketika kita hendak merancang sebuah struktur adalah sadar benar bahwa sesempurna apapun sebuah struktur, tidak akan menghasilkan apapun ketika tidak bisa digunakan. Pada akhirnya interaksi pertimbangan antara keadaan pengeksekusi struktur dengan idealisme tentang struktur yang baik mutlak harus dilakukan dalam perancangannya.

Sebuah konsep menarik dipakai dalam Toyota Production System, namanya Poka Yoke. Konsep ini berprinsip bahwa manusia pasti melakukan kesalahan, maka sistem harus dibuat untuk mencegah kesalahan itu. Antum akan segera mengetahui kalau posisi flashdisk antum terbalik ketika sulit memasukkannya ke USB port, inilah Poka Yoke.

Kita bisa belajar, bahwa struktur yang baik bukanlah struktur yang baik menurut referensi-referensi standar struktur LDK, tapi struktur yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan da’wah dan keadaan kader yang menjalankannya. Kalau memang kader kita sulit mencari jadwal syuro, maka jangan membuat struktur yang membutuhkan banyak syuro untuk menjalankannya.

Perhatikanlah bagaimana perusahaan Amerika dan Eropa mengembangkan struktur organisasi yang berbeda dengan perusahaan Jepang. Di perusahaan Jepang, tidak ada yang namanya serikat buruh karena sedemikian sehingga para buruhnya tidak merasa perlu mendirikannya. Ini berangkat dari bagaimana mereka mengenali “kader” mereka dan menemukan model organisasi seperti apa yang paling tepat untuk dipakai. Faktanya keduanya kompetitif, artinya sulit dikatakan yang satu mutlak unggul dari yang lain, karena mereka bertempur dengan senjata yang berbeda tapi sama-sama ahli menggunakan senjata masing-masing.

Leave a comment