Prinsip Piramida

Timing dalam melakukan open recruitmen merupakan satu hal yang harus diperhatikan. Pasalnya, ada banyak lembaga kemahasiswaan di kampus yang menjadi saingan kita berebut anggota. Biasanya open recruitmen dilakukan seawal dan sedekat mungkin dengan masuknya mahasiswa baru. Maba yang masih “lugu-lugu”, “imut-imut”, dan “lucu-lucu” itu tentu mau-mau aja diarahkan kemanapun. Nampaknya semua orang yang pernah bergelut dalam organisasi kemahasiswaan mempunyai jalan pikiran yang hampir sama seperti ini. Yah…. tidak ada masalah dengan itu……

Ada satu hal yang harus kami selipkan di sini, bahwa maba yang memutuskan masuk ke Lembaga Da’wah akan sangat variatif. Mulai dari yang mantan ketua Rohis, aktivis sejak SMA, lulusan pesantren, sudah punya afiliasi ke harakah atau partai islam tertentu, ikut tharekat sampai yang masih pacaran, suka baca komik, hobi main game, sampai dulu ada yang ikut perguruan bela diri yang “aneh-aneh”.

Namun bagaimanapun juga, saat-saat open recruitmen adalah saat-saat paling menggembirakan terutama bagi kaderisasi. Begitu banyak formulir yang ditumpuk, puluhan, menembus angka ratusan bahkan. Mushala menjadi ramai dengan Maba yang ikut interview. Orang-orang berbondong-bondong pingin masuk SKI. Suasana yang menyenangkan. Cie…cie… bakal punya banyak kader nih…

Tapi hati-hati…. seiring waktu berjalan, jumlah itu akan berangsur-angsur menurun. Hingga pada akhirnya nanti yang tersisa hanya beberapa gelincir saja. Inilah yang dinamakan prinsip piramida, sebuah keniscayaan. Urgensi kita memahami prinsip ini adalah bukan untuk mencegahnya, tapi untuk mengatur “tinggi piramid” dan terutama kemana perginya batu yang “tersisihkan” dari piramid itu.

Apa yang dimaksud dengan “tinggi piramida” ? (dikasih tanda petik lagi)

Jika pada momen suksesi kita mendapatkan kesulitan dalam regenerasi, sulit mencari orang-orang yang diharapkan bisa menduduki posisi-posisi strategis, ini adalah salah satu indikasi bahwa piramida yang kita bangun kurang tinggi. Artinya kader terlalu cepat meninggalkan Lembaga Da’wah, penurunan jumlah kader terlalu tajam. Sumbu Y adalah fungsi waktu.

Kalau diruntut lagi, berarti ada masalah di Lembaga Da’wah tersebut sehingga menyebabkan kader “tidak nyaman” aktif di dalamnya. Tentang kenapanya, Insya Allah ada pembahasan di bagian lain. Kalau kita cukup rajin melakukan up-date data jumlah kader secara periodik, bisa diketahui pada fase mana masalahnya.

Leave a comment