Trade Off

Semua formulir telah terkumpul, wawancara sudah dilakukan, data sudah masuk, sekarang tiba saatnya ploting.

Eit.. nanti dulu, ada hal penting yang harus dibahas.

Biasanya hal ini menjadi perdebatan di Lembaga Da’wah yang kedatangan banyak calon anggota baru (masih disebut calon dulu). Apakah akan kita terima semua ? atau harus ada yang ditolak ?

Pertanyaan ini tidak bisa dijawab hanya oleh bagian yang mengurusi kaderisasi saja, karena ini menyangkut semua bidang di Lembaga Da’wah. Maka sangat bagus kalau masalah ini bisa dibahas di tingkatan syuro yang paling tinggi (biasanya syuro PH). Tapi kenapa pertanyaan ini menjadi sangat penting ?

Rata-rata argumen yang digulirkan antara dua pilihan tersebut adalah sebagai berikut :

Kalau semuanya diterima, berarti kita bisa membuka kesempatan kepada lebih banyak orang (semua yang mendaftar) untuk “memperbaiki diri”. Ingat teori dua mata pedang di depan dan kenyataan bahwa banyak (kalau tidak bisa dibilang sebagian besar) Maba yang mendaftar belum memiliki kafa’ah yang cukup sebagai seorang da’i, beberapa bahkan sebagai seorang muslim. Jika mereka masuk ke Lembaga Da’wah, mereka akan lebih dekat dan ada ikatan dengan kita sehingga dimungkinkan untuk melakukan proses-proses tarbiyah islamiyah dengan lebih intensif.

Masalahnya, kalau kita terima semua, apakah kita cukup kuat untuk mengakomodasi mereka ? inilah argumentasi dasar kenapa harus ada yang ditolak.

Argumentasi ini memang real terjadi di lapangan. Karena terlalu banyak anggota yang diterima (70-80 orang), sebuah departemen di sebuah lembaga kemahasiswaan (yang di sebelah itu lho) mengalami kemerosotan jumlah anggota yang tajam. Sekarang jumlah anggota yang aktif lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang ketika itu hanya menerima 30 orang-an. Komentar salah satu anggota tuanya kira-kira seperti ini “Dulu kami merasa sangat dihargai karena hanya sedikit, makanya jadi solid, sekarang banyak banget, jadi agak sulit mengelolanya”.

Jadinya kan dikhawatirkan nanti malah lebih banyak lagi yang lepas. Kalaupun positif mau ada yang ditolak, berapa yang ditolak ?

Tapi kan kalau ada yang ditolak berarti kita seolah-olah “menutup pintu”, bisa jadi juga orang yang ditolak tadi sakit hati, lalu antipati terhadap da’wah, akhirnya jadi orang yang nggak bener.

Jadi serba salah kan ?

Inilah yang namanya trade-off. Ketika kita ingin memaksimalkan sesuatu, ada sesuatu lain yang harus diminalkan, padahal dua-duanya menguntungkan. Pada akhirnya kita harus memilih.

Maka syurokanlah, pastikan antum mempertimbangkan dengan teliti, membandingkannya dengan kekuatan Lembaga. Sebagai petunjuk, parameter terpenting adalah kekuatan kaderisasi, apakah selama ini :

Kaderisasi cukup kuat membentuk kader ?

Dan punya kemampuan mengubah seorang ‘ammah menjadi seorang da’i atau minimal jadi hanif ?

Bidang-bidang memiliki kesolidan dan daya pengikat kader yang tinggi ?

Piramid yang dibangun cukup tinggi ?

Jika salah satu saja dari pertanyaan di atas berjawab “tidak” atau antum ragu menjawabnya, maka antum tentu tahu apa yang harus dilakukan. þ

Leave a comment