Mengenal Medan

Sangat bagus kalau informasi yang didapat adalah berupa data kuantitatif, sehingga terukur dan lebih ilmiah. Kita bisa melakukannya dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti quesioner, interview, atau observasi. Dengan begini tindakan atau strategi yang kita rumuskan didukung dengan fakta.

Tapi kalaupun tidak bisa, paling tidak minimal kita mendapat informasi kualitatif. Yang satu ini relatif lebih mudah dicari, tapi rawan terhadap bias. Beberapa tips berikut ini kiranya bisa dilakukan untuk lebih mengenal medan dengan mengumpulkan informasi kualitatif :

  1. Cobalah sekali-kali jalan-jalan keliling fakultas, ke seluruh jurusan, kalau mau bisa sambil nempel publikasi kegiatan sebagai alibi. Sekedar melewati tempat-tempat seperti  lobi, KMHM, perpus, kantin, tempat parkir, basecamp BSO, lab, akan memberikan sebuah gambaran yang bagus tentang kondisi kampus. Dalam hal ini memang sulit menyebutkan bentuk informasinya secara konkrit, karena sifatnya lebih seperti “sense”, abstrak, tapi cobalah dulu, antum akan tahu rasanya nanti.
  2. Mengamati parameter sekunder. Contohnya begini : Misal kita ingin dapat gambaran tentang tingkat ekonomi mahasiswa, tentu sulit kalau harus disensus satu-satu. Ada cara yang lebih smart, datang aja ke tempat parkir. Lihat perbandingan jumlah mobil dan motor, tentunya antum cukup cerdas untuk mengambil kesimpulan. Amati juga jenis motornya juga, kalau rata-rata setingkat sama Honda Injection System, ya….
  3. Kalau ingin informasi yang agak “serius”, sering-seringlah ngobrol dengan satpam (SKKK), semakin akrab antum dengan beliau, semakin banyak antum akan mendapat informasi yang “mengagetkan”.

Hanya saja kami perlu mengingatkan tentang dua kelemahan terbesar pendekatan seperti ini. Pertama, subyektif, tergantung cara pandang tiap-tiap individu yang melakukan proses-proses pengenalan medan. Bisa jadi beberapa informasi ditangkap secara reaktif dan berlebihan sehingga terkesan besar, padahal sebenarnya tidak signifikan.

            Kedua, men-generalisir yang khusus. Ini termasuk penyakit akut ikhwah akhir-akhir ini. Misal, seringkali kita mengatakan seperti ini “Kajian kemarin, banyak yang ngritik lho, katanya tertalu keras”, padahal yang sebenarnya kita mengambil kesimpulan itu hanya dari satu-dua orang yang kebetulan ngobrol saja. Tapi redaksinya seolah-olah sebagian besar mahasiswa mengatakan demikian. Pada akhirnya kita terpaksa harus repot-repot mengganti format kajian, ganti pembicara, ganti tema, sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

            Tapi bagaimanapun, lebih berbahaya kalau kita tidak memahami dengan tepat kondisi medan da’wah. “Jika yang masuk sampah, yang keluar pasti juga sampah”, garbage in-garbage out, kalau informasinya salah, kebijakannya pasti juga salah. þ

2 responses to “Mengenal Medan

  1. hmmm..
    jzk for share pak..
    lagi butuh materi ini..

Leave a comment