Kreativitas

Sebuah perusahaan susu bubuk mendapat masalah dalam menguji apakah susu-susu yang mereka masukkan ke kemasan (kaleng) sudah sesuai dengan berat yang tertera pada kemasan atau belum. Karena produksinya banyak, merepotkan kalau harus ditimbang satu persatu. Padahal pelanggan tentu akan komplain jika mendapati susu bubuk yang mereka beli ternyata lebih sedikit dari yang seharusnya.

Sementara pesaing mereka telah memecahkan masalah ini dengan membeli sebuah alat canggih dengan sensor sinar X yang bisa menembus kaleng untuk mengetahui volume susu di dalamnya. Tinggal melewatkannya dengan konveyor pada alat tersebut, kemasan yang isinya kurang akan langsung terdeteksi. Masalahnya, beda dengan pesaingnya, perusahaan ini tidak punya banyak anggaran untuk membeli alat berharga milyaran rupiah itu.

Pikir punya pikir, karyawan perusahaan ini punya solusi jitu. Mereka membeli sebuah kipas angin, dengan menyesuaikan putaran kipasnya, mereka bisa mendapat tiupan angin yang pas. Kaleng-kaleng yang berisi susu dilewatkan pada hembusan kipas angin itu, kaleng yang berat isinya kurang akan langsung terbang atau jatuh.

Ikhwah fillah, kreativitas ! memungkinkan kita menghemat milyaran rupiah.

Kembali ke da’wah ….

Ketika tentara kaum muslimin terpaksa mundur dari pertempuran karena kuda-kuda mereka takut dan panik berhadapan dengan gajah-gajah tentara Persia, kreativitas telah mengantarkan mereka membalikkan keadaan. Sang Panglima memerintahkan pasukannya untuk membuat boneka-boneka gajah yang besar, kuda-kuda kemudian dibiasakan berlari di sekelilingnya. Pertempuran selanjutnya, kuda-kuda tersebut sudah tidak takut lagi kepada gajah.

Sekitar dua tahun lalu kami sempat melakukan kunujungan ke Kampus UI, Depok. Waktu itu mereka melakukan syi’ar untuk mengajak shalat berjama’ah. Lembaga Da’wah Fakultas Teknik di sana punya ide unik untuk mempopulerkan shalat jama’ah di kampus. Mereka menggambar telapak kaki warna-warni di sepanjang jalan menuju ke mushala. Sesuatu yang tidak pernah terpikir sebelumnya.

Kreatifitas hampir selalu menarik perhatian, membuat orang-orang heran dan penasaran sampai akhirnya tertarik kepadanya. Itulah mengapa kreatifitas termasuk elemen penting dalam syi’ar. Manuver da’wah yang kreatif akan menyentakkan mad’u, dan saat kita telah mendapat perhatiannya, kita telah membuka pintu gerbang hatinya.

Kreatifitas tidak identik dengan keluar dari batasan, tidak demikian, apalagi batasannya adalah batasan syari’at. Ironis jika seorang kader atau lembaga da’wah merasa terkekang kreatifitasnya karena terbentur syari’at. Jika kita menganggap pemisahan tempat ikhwan-akhwat saat kajian akan menyulitkan kita dalam mengatur tata ruang, berarti justru kita tidak kreatif. Kami katakan : keterbatasan justru memancing kreatifitas.

Menempatkan pot-pot besar bunga dan tanaman hias sebagai pemisah antara ikhwan dan akhwat bukan saja memenuhi syarat keberadaan hijab, tapi juga memperindah dekorasi. Berfikirlah terbalik agar kita dapat melihat “masalah” sebagai peluang.

Ketentuan tentang haramnya menggambar makhluk hidup, telah melahirkan desain publikasi natural yang indah. Lebih jauh, melakukan tracing foto manusia kemudian menghilangkan wajahnya sebagai cover buku justru menjadi keunikan buku-buku terbitan Pro-U (definisi menggambar makhluk hidup adalah jika mengikutkan wajah dan mata). Keterbatasan tidak keluar malam untuk menghormati orang tua ternyata membuat kami mampu mengadakan dauroh bahkan tanpa harus bertemu dengan peserta, panitianya hanya satu orang, anggaran kurang dari Rp 20.000,-, dan bisa mengarahkan acara sambil tetap tinggal di rumah.

Pengalaman dan banyaknya referensi akan memudahkan kita berfikir kreatif. Salman Al Farisi dengan pengalamannya tinggal di Persia, mampu memunculkan “ide gila” untuk menggali parit di sekeliling Madinah dalam perang ahzab. Strategi defensif yang efektif karena terbukti mampu menghambat empat ribu pasukan.

Sekedar banyak referensi saja tidak cukup kalau tidak didukung pengalaman atau paling tidak kecerdasan. Seni melakukan modifikasi, menambah, mengurangi, atau menggabung berbagai ide kreatif bisa saja dilakukan selain memunculkan ide baru. Tanpa modifikasi, kita akan terjebak pada proses duplikasi yang tidak pada tempatnya, karena sebuah manuver da’wah bisa jadi efektif untuk satu medan tapi kontraproduktif untuk medan yang lain.

Ada tiga macam bentuk kreativitas:

  1. Menciptakan sesuatu yang baru
  2. Menggabungkan dua hal atau lebih menjadi sesuatu yang baru
  3. Mengembangkan sesuatu yang telah ada.

Untuk mengasah kreativitas, kami sarankan untuk sesekali main ke berbagai tempat, menonton film, baca buku, atau aktivitas lain yang memperluas wawasan kita sehingga pikiran tidak terjebak dalam kotak. þ

Mengenal Medan

            Betapa pentingnya fungsi intelijen atau mata-mata dalam sebuah pertempuran. Masa perang dingin AS-Rusia dipenuhi dengan aksi “tukar-menukar” mata-mata yang menginspirasi film-film sukses Hollywood. Dalam dunia industri, Japan Productivity Centre, sebuah lembaga spionase industri Jepang di Washington memiliki peran besar dalam kemajuan industri negara ini setelah kebangkrutannya dalam Perang Dunia II.

            Bagaimanapun bentuknya, fungsinya sama : mencari informasi tentang musuh atau tentang medan pertempuran. Seorang panglima perang biasanya akan mengirimkan mata-mata ke kamp musuh untuk mencari tahu kekuatan lawan, syukur sekalian kelemahannya. Atau ke medan yang akan menjadi tempat bertemunya dua pasukan untuk menegetahui kondisinya.

Informasi ini vital, pengetahuan akan keberadaan Bukit Uhud telah mengantarkan kaum muslimin kepada sebuah strategi perang yang efektif. Pengetahuan tentang kuatnya tembok Palestina telah mengantarkan Salahuddin untuk mempersenjatai pasukannya dengan catapult. Mengenal keadaan lawan, pun telah mengantarkan kaum Nasrani menuju perebutan Andalusia yang penuh tragedi.

Dalam da’wah, ketika kita memutuskan untuk bergerak keluar, sama urgensinya, mengenali medan akan menjadi dasar perumusan strategi da’wah. Tentu saja, obyeknya bukan dalam terminologi musuh, tapi mad’u.

Di Lembaga Da’wah Kampus, mengenali medan da’wah berarti mengenali kampus kita sendiri. Harusnya ini tidak sulit dilakukan, kan kuliah di situ juga. Mengenali rumah sendiri tidak akan lebih sulit dari mengenali rumah tetangga. Maka dalam hal ini sebenarnya kita dimudahkan. Biasanya teknik yang banyak digunakan adalah ANSOS (analisis sosial), walaupun secara pribadi kami (saya deng) tidak terlalu suka terpaku pada tahapan-tahapan yang runtut dalam melakukannya (masalah tipe otak).

Sebagai masukan, informasi-informasi tentang hal-hal berikut ini kiranya penting dicari dalam sebuah aktivitas pengenalan medan :

Geografis Trend Karakter
Birokrasi Tingkat ekonomi Ideologi
Jumlah mahasiswa Organisasi yg ada Kegiatan kampus

Segmentasi

Ini adalah diagram klasikal yang diajarkan kepada kami saat di SMA. Memang sekarang sudah jarang dipakai, tapi filosofi dasarnya tetap : Segmentasi mad’u. Sebelum lebih jauh, sebenarnya apa urgensi dari segmentasi ?

            Southwest Airlines, sebuah perusahaan penerbangan di Amerika adalah salah satu yang terbaik dalam bisnis ini. Kunci keunggulannya adalah “keberaniannya” membatasi diri untuk hanya melayani penerbangan dalam jarak pendek sampai menengah saja, dari kota A ke kota B. Dengan melakukannya, mereka dapat menekan biaya dengan memangkas pelayanan-pelayanan “tidak perlu” yang ada pada penerbangan jarak jauh. Hasilnya harga tiket menjadi murah, dan istimewanya, perusahaan ini bisa menyediakan penerbangan ke hampir semua kota. Memang mereka fokus melayani para eksekutif, karyawan, pelajar, dan mahasiswa yang tentu lebih peduli sampai tujuan tepat waktu daripada fasilitas kelas atas.

            Sudah dapat gambaran ?

Kalau bicara syi’ar, memang sangat menarik dianalogikan dengan teori pemasaran. Coba sekali-kali antum baca buku tentang itu, banyak hikmah yang bisa diambil.

Alasan kunci kenapa harus ada segmentasi sangat sederhana : segmen pasar yang berbeda membutuhkan produk yang berbeda, kelompok mad’u yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda.

Tidak semua orang bisa langsung tertarik ikut kajian kitab, begitupun tidak semua orang tertarik nonton film Para Pencari Tuhan, mending ikut kajian kitab. Tidak setiap orang senang baca novel islami, begitupun tidak setiap orang bisa didekati dengan Dajjal telah Muncul di Khurasan, mending baca novel. Tidak setiap orang datang ke masjid mendengar adzan, begitupun tidak setiap orang harus digrebeg dulu baru bertobat, ada yang bisa dinasehati baik-baik.

Positioning

Ada satu perusahaan penerbangan lain yang mencoba mencontek strategi Southwest Airlines. Sebelumnya mereka melayani penerbangan jarak jauh. Karena melihat potensi yang bagus, mereka coba memasuki segmen pasar Southwest Airlines, melayani penerbangan jarak pendek dan menengah, namun dengan tetap melayani penerbangan jarak jauh.

            Apa hasilnya ketika mereka melakukannya ?

            Bisnis mereka turun. Keuntungan yang diharapkan sebagai konsekuensi dari melebarkan jangkauan pasar ternyata tidak didapat, malah kerugian yang terjadi. Sementara Southwest Airlines yang tetap konsisten terus melenggang.

            Siapa tau kenapa bisa seperti ini ?

Petunjuknya adalah : perlu diketahui bahwa fasilitas yang diberikan kepada penumpang berbeda antara penerbangan jarak pendek dan menengah dengan jarak jauh. Satu contohnya kalau penerbangan jarak jauh dapat makan, tapi tidak dengan penerbangan jarak pendek dan menengah. Perbedaan juga ada misal pada jenis pesawat, prosedur pembelian tiket, keberangkatan dan kedatangan.

Sudah bisa dapat jawabannya …. ?

            Ikhwah fillah, manusia bukan tanpa keterbatasan, sebuah Lembaga Da’wah juga bukan tanpa keterbatasan. Terbatas kader, terbatas waktu, terbatas anggaran, terbatas tenaga; limitation. Seandainya tidak ada keterbatasan, maka kita tidak perlu yang namanya manajemen.

            Kita telah belajar tentang segmentasi mad’u, setiap segmen memiliki karakteristik yang berbeda, maunya beda-beda. Maka sangat kecil kemungkinan kita bisa “memuaskan” semuanya kecuali dengan kekuatan lembaga yang besar. Dan kami berpendapat jarang sekali ada lembaga da’wah yang cukup kuat melakukannya.

            Nah kalau kekuatan kita tidak terlalu besar, pilihlah satu segmen untuk kita fokus menggarap segmen itu. Agar semua sumber daya dioptimalkan untuk segmen tersebut, inilah yang dinamakan positioning. Positioning mengambil filosofi dasar dari prioritas dalam da’wah. Paling tidak ada dua manfaatnya :